Kamis, 12 Juni 2014

MotoGp FanFiction- The Twins Marquez




Tittle: The Twin Marquez: I Hate You, My Twin! #1
Genre: Family, Sad (mudah2an), etc.
Rating: General.
Cast:
Masha Marquez Alenta (OC/you/author juga :D)
Marc Marquez Alenta
Alex Marquez Alenta
And many more

A/N: This is just a fiction story, not so serious!! Cerita ini terinspirasi dari obsesi Author, yang pengen banget jadi kembarannya Marc Marquez (padahal beda usia). Ini FanFiction pertamaku di Blog baru.:)


No CoPas!! No Plagiat!!
Happy Reading! :)



***



     Perkenalkan namaku Masha- lebih tepatnya Masha Marquez Alenta. Aku adalah seorang pembalap Supermoto. Mungkin tak banyak yang mengenal jenis olah raga balap ini, karena orang-orang lebih mengenal MotoGP, SBK, atau yang lainnya. Supermoto adalah gabungan antara balap jalanan dan Motocross. Motor yang digunakan umumnya adalah jenis motor Motocross dengan ban motor balap jalanan. Lintasan yang digunakan untuk perlombaan pun juga campuran, antara jalanan dan lintasan berlumpur atau tanah.


    Aku sangat menyukai olah raga ini, karena dengan olah raga ini aku bisa mengunjungi berbagai negara dan sircuit di dunia.



    Mungkin aku hanya segelintir pembalap Supermoto yang berjenis kelamin perempuan. Ya, seperti yang kita tahu kebanyakan pembalap adalah laki-laki. Tetapi aku tak pernah ciut nyali, saat berhadapan dengan pembalap laki-laki yang notabene memiliki kekuatan fisik jauh lebih kuat. Aku sudah membuktikan bahwa tak selamanya perempuan lemah di bandingkan laki-laki, dengan meraih podium utama berturut-turut. Bahkan aku sudah meraih banyak trofi juara di berbagai kejuaraan balap Supermoto.


   Aku menyukai dunia otomotif saat usiaku masih 4 tahun. Aku mulai menyukainya saat menemani saudara kembarku belajar Motorcross mini, kado Natal yang di hadiahkan ayah.



   Banyak orang yang mengeluh-eluhkanku dan mengagumi bakatku. Karena aku menjadi pembalap perempuan paling berprestasi di kejuaraan balap Supermoto. Aku bisa meraih semuanya dalam hidupku.


  Tapi kini, semuanya hanya tinggal kenangan dan menjadi masa laluku, ketika dokter memvonis bahwa aku lumpuh dan harus menggunakan kursi roda selama sisa hidupku. Karena retak tulang serius yang mengakibatkan kerusakan pada sumsum tulangku.


   Aku mengalami kecelakaan 1 tahun yang lalu. Saat aku menghabiskan liburan musim dingin dengan bermain Motocross bersama saudara kembarku.




 Flasback (Author POV)


    "Masha, ini benar-benar liburan yang sangat menyenangkan! Hosh... Hosh...." Ucap Marc semangat, dengan napas yang masih tersengal-sengal.


    Masha hanya tersenyum menanggapi ucapan saudara kembarnya itu.


    Masha dan Marc tengah menghabiskan liburan musim dingin, dengan bermain Motocross di sircuit dekat rumah mereka.

    "Ayo kita mulai lagi!" Ajak Marc, sambil mengenakan helm yang sempat ia lepaskan.

    "Kita harus istirahat dulu Marc. Mengistirahatkan otot-otot kita terlebih dahulu, agar tidak bermasalah nantinya!" Elak Masha.

    "Tapi Sha, aku benar-benar menikmati balapan ini. Ayolah! Kita bermain 2 putaran lagi, baru kita istirahat." Marc terus memaksa Masha untuk bermain Motocross lagi.

    "Baiklah." Jawab Masha, dengan muka masam. Sebenarnya ia tak mau menuruti permintaan Marc, tapi semakin ia menolak, maka semakin pula Marc memaksanya.



    Putaran pertama berjalan seperti biasa, seru dan menegangkan. Marc berada di depan, memimpin balapan. Beberapa kali Masha berhasil mengambil posisi Marc, tetapi pada akhirnya Marc berhasil merebutnya kembali.

    Dalam putaran kedua, Marc masih memimpin. Tapi saat berada di tikungan ke 3 yang berlumpur, Masha berhasil mengambil alih posisi Marc. Hingga jarak keduanya terlampau sangat jauh.

     Marc menggeber motornya semakin kencang, mengejar saudara kembarnya. Sebenarnya Marc tahu, sangat sulit untuk mengalahkan Masha, karena Masha lebih jago darinya. Tapi Marc tak patah semangat, ia terus mengejar Masha. Hingga di trek bergelombang, Marc terus manambah kecepatan dan hati-hati saat mengendalikan motornya. Karena salah sedikit bisa berakibat buruk.

    Marc semakin mendekati Masha, hingga jarak mereka sudah tidak terlampau jauh. Namun saat di trek bergelombang yang terakhir, motor Marc mengalami masalah. Ia tak bisa mengendalikan motornya. Gasnya macet, dan lebih parahnya lagi remnya blong.



    Marc panik.

  
    Sesungguhnya Marc tak pernah sepanik ini jika ada masalah dengan motornya, biasanya ia akan berusaha setenang mungkin mengatasinya. Tapi saat ini ia begitu panik karena Masha berada di depannya, dengan jarak yang begitu dekat. Yang kira-kira hanya 3 Meter. Salah mengambil tindakan, Marc bukan hanya membahayakan dirinya, tapi juga membahayakan saudara kembarnya.

   Marc semakin panik. Motornya sudah tidak bisa di kendalikan lagi. Laju motornya pun semakin cepat. Berkali-kali Marc memanggil Masha, bermaksud agar Masha melajukan motornya lebih cepat agar jarak mereka terlampau jauh. Namun sia-sia saja, karena suara melengking Marc teredam helm yang ia kenakan.

  Jarak Marc dan Masha semakin dekat. Marc sudah tidak bisa melakukan apa-apa lagi, selain 'MELOMPAT'.



   Dan akhirnya......


    BRUAKKK!!!!

    Terdengar suara dentuman benda yang cukup keras. Di iringi deru suara mesin motor yang masih menyala.


     Ternyata motor milik Marc menghantam motor milik Masha. Tubuh Masha tergeletak di trek berlumpur itu, dengan kaki tertindih motornya dan sebagian tubuhnya yang lain tertindih motor milik Marc. Beruntung helmnya tidak terlepas. Lalu Marc bagaimana?

     Marc tergeletak tak jauh dari posisi Masha. Namun ia masih beruntung, karena ia hanya mengalami luka lecet yang tidak terlalu parah.

      Marc bangkit mendekati Masha. Ia ingin memastikan kondisi saudaranya. Dengan langkah gontai, Marc mendekati Masha.

      Dengan sisa tenaganya Marc menyingkirkan motor-motor yang menindih tubuh Masha. "Masha, bangun Sha! Masha!" Marc mengguncang bahu Masha yang sedang tak sadarkan diri.

       Tak perlu waktu yang lama, Masha segera di larikan ke rumah sakit.


        Saat di rumah sakit.

        Mr. Julian tak henti-hentinya komat-kamit(?) Mendoakan putri satu-satunya yang sedang terbaring di rumah sakit. Mrs. Roser hanya terus menangis di pelukan suaminya. Sedangkan Marc dan Alex hanya duduk terdiam di ruang tunggu, sibuk dengan pikirann mereka masing-masing.

        Masha di larikan ke ruang ICU karena cidera yang di alaminya cukup parah.

        Cklek!!

         Terdengar suara gagang pintu yang di buka. Lalu keluar seorang dokter dari ruangan tempat Masha di rawat. Ia mengenakan jas putih tak lupa Stetoskop melingkar di lehernya.

         "Bagaimana keadaan putri saya dokter?" Tanya Mr. Julian, dengan nada khawatir.

         "Iya dok, bagaimana keadaan anak saya?" Timpal Mrs. Roser.

         "Tenang! Masha sudah melewati masa kritisnya. Namun....." Dr. Xavier Mir menggantung kalimatnya.

          "Kenapa dok?! Kenapa dengan putri saya?!" Tanya Mrs. Roser, dengan tangisan yang makin menjadi. Hingga bahunya tersengal.

           "Masha.. Lumpuh." Ucap Dr. Mir dengan hati-hati.

           "Apa?!" Semua yang berada di situ terkejut. Entah terkejut, tidak percaya, entahlah.

           "Benturan yang dialaminya cukup keras, hingga mengakibatkan keretakan tulang yang cukup parah, bahkan mengakibatkan kerusakan pada tulang sumsumnya. Masha lumpuh permanen." Jelas Dr. Mir.

            Seketika tubuh Mrs. Roser lemas mendengar penjelasan Dr. Mir. Air matanya terus mengalir, membayangkan putrinya harus menjalani kehidupannya di atas kursi roda.

             "Apa tidak ada cara untuk menyembuhkan Masha dok?" Tanya Marc, dengan mimik wajah muram.

             Dr. Mir hanya menggeleng pelan sambil berlalu pergi. Meninggalkan kesedihan keluarga Marquez.


    Flashback End (Author POV End)

***

    
        Hari ini aku mengawali pagiku seperti biasanya. Memandang birunya langit dengan gumpalan-gumpalan awan yang menghiasinya. Menghirup oksigen dari udara segar yang melimpah, yang di berikan secara cuma-cuma oleh Tuhan.

     Dulu, hampir setiap pagi hari aku bersepeda hingga ke bukit-bukit dekat tempat tinggalku. Namun setelah aku menjadi seperti ini- lumpuh dan harus menjalani hidup dengan kursi roda- aku menjalani hari-hariku hanya dengan termenung di teras kamarku bersama kertas-kertas kosong, satu-satunya tempatku menuangkan ide dari otakku.


       Ya, semenjak aku lumpuh. Aku hanya menghabiskan waktuku untuk mendesain gaun, yang entah hasihnya bagus atau tidak menurut orang lain.


        Matahari terus memancarkan sinarnya, hingga membuat peluh menetes dari dahiku. Aku tak peduli dengan sinar terik matahari yang menyerang sebagian wajahku. Aku tetap kosentrasi, meliuk-liukkan pensil di kertas HVS yang berada di pangkuanku.


    Ceklekk!


    Ada seseorang yang membuka pintu kamarku. Mungkin itu nenek. Pasti dia akan merancau karena aku belum memberi makan cacing-cacing di perutku, juga obat berbau menusuk yang setiap hari harus ku telan- dengan terpaksa.
  

     Seperti biasa, setiap ada race aku harus di temani nenek. Karena kedua orang tuaku menemani dua saudara laki-lakiku yang menjadi seorang pembalap. Pembalap? Shit, sesak sekali dadaku.

      "Sha, aku sudah pulang!"

      God! Suara itu, suara yang selalu membuatku bermuram durja. Suara seseorang yang membuatku menjadi seperti ini. Itu suara Marc, suara saudara kembarku yang sangat ku benci.

  
       Aku hanya diam, tak menanggapi ucapannya.

        "Sha, aku membawakanmu makanan. Kata nenek kau belum sarapan." Marc mulai mendekat ke arahku. Aku tetap diam, masih tak menanggapinya. Marc sudah berdiri di sampingku, membawa sebuah nampan yang berisikan Pasta saus Tomat dengan segelas Susu Coklat.
  
         "Makanlah Sha! Kau jangan terus-menerus menyiksa dirimu." Ucap Marc sambil menyodorkan nampan itu padaku.

         Aku tetap diam. Menatap lurus kedepan, dengan tatapan kosong. 'Aku benci orang ini! Aku benci! BENCI!!'

        "Sha,,,"


       PRANGG!!!




----TBC---
Maaf ya, gaje banget :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan dibiasakan jadi pengunjung gelap. Berikan komentar Anda, itu sangat penting bagi kelangsungan postingan saya. *jiaahh*