Selasa, 12 Agustus 2014

Football Fan Fiction― Because Of You [One Shot]


Tittle: Because Of You.
Length: One Shot.
Rating: Teen.
Genre: Romance.
Main Cast:
Selena Gomez.
Ibrahim Afellay.


A/N: Hello Readers ^.^ aku membawa Football Fan Fiction [One Shot]. Sebenarnya aku belum ada pikiran untuk membuat ff sepakbola di bulan ini, tapi berhubung tadi pagi dapat kabar kalau Ibrahim Afellay dipinjamkan ke salah satu klub sepakbola Yunani, yakni Olympiacos, eh...malah kepikiran buat ff ini, jadi aku minta maaf kalau di ff ini feel-nya nggak dapet tapi mudah-mudahan kalian suka. Maklumlah, bikinnya ngebut. ^,^


Happy Reading ^.^ Sorry For Typo
Don't CoPas! Don't Be a Plagiarism! And Don't Bashing!

*****

  Suara keributan terdengar sangat nyaring, saat sebuah pintu bercat cokelat tua terbuka lebar dan keluar seorang laki-laki paruh baya yang membawa beberapa tumpuk buku tebal di tangan kanannya. Tak berselang lama, puluhan Mahasiswa keluar dari dalam kelas sambil bercengkrama, ada yang berjalan sambil memainkan gadget-nya, dan ada juga yang berjalan tak acuh pada orang-orang yang berada di sampingnya.

   Selena masih terdiam di tempat duduknya, menunggu semua teman-temannya keluar dari dalam kelas, dan hanya menyisakan dirinya seorang. Sudah hampir 10 menit berlalu, Selena hanya diam dalam kesunyian yang tercipta di dalam kelas.

   Merasa sudah jenuh, akhirnya Selena berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju pintu kelas yang masih terbuka lebar. Selena merogoh tas selempangnya, mencari iPhone-nya yang berwarna putih. Selena menyentuh layar benda pipih itu ke atas, berharap ada pesan singkat atau panggilan tak terjawab dari laki-laki itu. Ternyata harapan tinggallah harapan, karena sama sekali tak ada tanda-tanda jika laki-laki itu menghubunginya. Selena mengembuskan napasnya dengan kasar. Ia benar-benar kesal dengan laki-laki yang sudah berhasil mencuri hatinya selama 3 tahun itu.

   Dengan malas, Selena melangkahkan kakinya menuju tempat parkir kendaraannya yang letaknya tidak terlalu jauh. Saat hendak membuka pintu mobilnya, Selena kembali mengeluarkan iPhone-nya, dan melihat ada pemberitahuan dari akun Sosial Media miliknya. Marcia, sahabatnya sejak kecil menandainya dalam sebuah status di akun Facebook. Sebenarnya Selena tak peduli dengan status itu, tapi entah kenapa Selena malah membuka dan membaca status itu.

   Marcia Izecson Leite bersama Selena Gomez dan 3 lainnya.
   Ibrahim Afellay, resmi dipinjamkan ke klub asal Yunani, Olympiacos, selama satu musim 2014-2015.
  Suka. Komentar.

     Selena menutup mulut dengan sebelah tangannya. Tak percaya. Terkejut. Marah. Status itu benar-benar membuat tubuh ramping Selena lemas. Bagaimana mungkin laki-laki yang sangat ia cintai, tidak memberitahu dirinya tentang hal ini. Lalu Selena selama ini di anggap apa?.

    Dengan emosi yang sedang menguasai dirinya, Selana memacu mobilnya dengan kecepatan penuh, tak peduli dengan keadaan jalanan kota Barcelona yang sedang ramai oleh kendaraan ataupun pejalan kaki. Hati dan pikiran Selena saat ini sedang buruk. Laki-laki itu memang pandai mempermainkan perasaan Selena, ini adalah untuk yang kedua kalinya, laki-laki itu akan pindah ke negara lain tanpa memberitahunya.

    Selena sudah sampai di apartemennya dalam waktu 5 menit saja. Biasanya Selena akan sampai dalam waktu 30 menit, bisa kalian bayangkan bukan...berapa kecepatan mobil Selena tadi.

    Selena menutup pintu apartemennya dengan kasar―lebih tepanya membanting. Tak peduli dengan tetangganya yang sedang melintas, peduli setan dengan mereka.

    Selena langsung menghamburkan dirinya di sofa dengan kasar, menutup wajahnya dengan bantal sofa, melempar tas selempangnya ke sembarang arah. Hari ini adalah hari yang sangat buruk untuk Selena.


*****

Aeroport de Barcelona.


    Seorang laki-laki dengan tubuh yang terlihat sangat atletis, keluar dari pesawat yang membawa dirinya dari Yunani. Laki-laki itu mengenakan kaus hitam yang dibalut dengan jaket jeans berwarna biru, dan ransel hitam di punggungnya. Ia sama sekali tak peduli dengan tatapan para pengunjung bandara yang menatapnya dengan heran, kaget, terpana, dan sejenisnya, bahkan ada segerombolan remaja wanita yang histeris melihatnya. Namun dua laki-laki yang lebih dewasa darinya, segera bergerak melindunginya, sebelum remaja-remaja itu memberondongnya dengan permintaan foto-foto dengan pose aneh.

     "Ibi, di depan pintu keluar sudah ada banyak para wartawan yang menunggumu dan ingin bertanya kepadamu, tentang status peminjamanmu sekarang." Ucap Carlos, agen yang selama ini menangani karir Ibrahim Afellay di dunia sepak bola profesional.

     Ibi menghentikan langkahnya, "Apa aku bisa segera pergi dari tempat ini? aku sedang buru-buru." Ibi kembali melangkah, sembari mengenakan topi hitam yang baru saja diambilnya dari ransel.

     "Kau harus menghargai mereka yang sudah dengan sabar menunggumu Bi.."

     "Baiklah, just a five minute.." Ibi mempercepat langkahnya, diikuti Carlos dan dua Bodyguard di belakangnya.

     Benar saja, baru saja Ibi keluar dari pintu Kedatangan, sudah banyak wartawan yang meberondongnya dengan pertanyaan-pertanyaan seputar karirnya di dunia sepak bola profesional. Butuh beberapa detik untuk Ibi memikirkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu.

    "Ibi, apa tanggapan Anda tentang keputusan dari pihak klub Barcelona?"

    "Saya menerima keputusan yang mereka ambil, mungkin dengan status pinjaman ini..saya bisa mendapatkan banyak kesempatan untuk bermain," Ibi sedikit menunduk, karena kilatan cahaya dari kamera wartawan.

     "Lalu, apa yang Anda harapkan dari klub Olympiacos?"

     "Saya berharap bisa mendapatkan pengalaman dari klub besar ini, dan saya juga berharap jika saya bisa menunjukkan kemampuan terbaik saya disetiap pertandingan. Terima kasih." Ibi langsung menerobos gerombolan para wartawan dan langsung menghentikan sebuah Taxi yang sedang melintas. Tanpa memedulikan teriakan Carlos dan para wartawan. Ibi yakin, Carlos bisa mengatasinya.

    "Tulip's Apartment Sir.." Ucap Ibi pada supir Taxi yang terlihat masih muda itu.

    "Baik Tuan." Supir itu langsung menggerakkan mobilnya dengan kecepatan sedang.

    Ibi menatap pemandangan di luar dari kaca mobil. Gedung-gedung pencakar langit, taman-taman bermain, tempat penyewaan sepeda, sampai pejalan kaki tak terlewatkan dari pandangan Ibi. Betapa Ibi akan sangat merindukan tempat ini, lagi. Ibi memang bukan warga asli Barcelona, tapi kota ini sudah memberikan banyak kenangan untuknya. Termasuk kenangan bersama kekasihnya, Selena. Ah, mengingat gadis itu...membuat Ibi tak sabar untuk menemuinya dan mengatakan sesuatu yang sudah ingin ia sampaikan sejak dulu.

    Saat Taxi melewati sebuah kafe yang bernuansa pedesaan di Inggris, membuat Ibi tersenyum geli. Karena di tempat itulah Ibi bertemu dengan Selena. Pertemuan yang tidak akan pernah dilupakan oleh Ibi, tentu juga dengan Selena.

    "Maaf Tuan, sudah sampai." Ucap sang supir Taxi, yang menyadarkan Ibi dari lamunannya.

    Ibi memberikan beberapa lembar uang pada sang supir, dan kemudian ia langsung mengambil langkah cepat untuk memasuki gedung apartemen tempat Selena tinggal.


    Saat Ibi sudah sampai di depan pintu apartemen Selena, ia tak langsung memencet bel, ia berpikir sejenak, kata-kata apa yang tepat untuk mengatakan alasannya tidak menghubungi Selena selama 3 hari ini.

    Ting tong.

     Saat Ibi akan memencet bel yang kedua kalinya, pintu itu sudah terbuka lebar. Menampilkan seorang gadis cantik bertubuh ramping, namun matanya terlihat sembab dan raut wajahnya menampakkan kemarahan.

     "Sayang, apa yang sedang terjadi padamu? Kau sakit?" Ibi menangkup wajah Selena dengan kedua tangannya. Meneliti setiap lekukan wajah gadisnya itu.

     "Kenapa kau ada di sini? Seharusnya kan kau berada di Yunani?" Selena menjauhkan tangan Ibi dari wajahnya. "Aku tak mau melihatmu lagi.."

     "Apa yang sedang kau bicarakan sayang?" Ibi mengikuti langkah Selena menuju sebuah sofa berwarna cokelat tua yang menghadap jendela apartemen yang sangat besar.

      Selena menghela napas berat, lalu berkata, "Ibi, kau ini menganggapku sebagai apa, hah?! Kenapa kau tidak memberitahuku tentang status pinjamanmu ke Olympiacos?" Selena menutup wajahnya dengan bantal sofa. Ia benar-benar marah dengan laki-laki di sampingnya ini.

      Ibi menggenggam erat tangan Selena, "Selena, dengarkan aku dulu..aku.."

      "Seharusnya kau yang mendengarkan aku Ibi..." Selena menatap tajam wajah Ibi sesaat, lalu kembali mebenamkan wajahnya ke bantal.

      "Selena, kita pernah seperti ini sebelumnya. Apa kali ini kau mau mendengarkan penjelaskanku lagi, hmm?" Ibi membelai lembut rambut hitam kecokelatan milik Selena.

       Selena mengangkat wajahnya, menatap manik mata cokelat milik Ibi. "Jika aku tidak mau mendengarkannya, bagaimana?"

       Ibi tersenyum mendengar pertanyaan Selena, "Aku tetap akan menjelaskannya, aku yakin, kau diam-diam akan mendengarkannya.." Ibi mengacak rambut Selena dengan gemas.

       "Lalu, apa yang akan kau jelaskan?"

        Ibi mengenggam erat tangan Selena, mata cokelatnya menatap mata Selena, mencari kehangatan dari tatapan mata gadis itu. "Selena, aku minta maaf jika aku terlambat meberitahumu tentang hal ini, dan aku juga minta maaf karena aku tidak menghubungimu selama 3 hari ini, karena aku harus menjalani tes kesehatan di Yunani." Ibi menatap Selena lebih dalam, "Aku melakukan semua ini demi kau, dan hubungan kita.."

        Selena menautkan kedua alisnya, "Hubungan kita?" Selena menatap Ibi tak mengerti.

        "Aku ingin membawa hubungan kita ke jenjang yang lebih serius, dan itu butuh persiapan juga biaya, maka dari itu aku menerima tawaran dari Olympiacos, meski dengan resiko jauh lagi darimu.." Ibi membawa Selena ke dalam pelukannya, "Saat aku di pinjamkan ke Shalke, itu sudah membuatku tersiksa karena jauh darimu..tetapi aku lebih tersiksa lagi jika harus berdiam diri tak melakukan apapun demi hubungan kita."

        Selena melepaskan diri dari pelukan Ibi, menatap mata laki-laki itu, melihat keseriusan dan kejujuran dari mata yang teduh miliknya. "Apa kau serius?

        "Tentu saja aku serius, bahkan sangat serius."

         "Aku takut kehilanganmu Ibi...aku takut jika kau jatuh ke pelukan gadis lain.."

        Ibi kembali memeluk Selena, kali ini jauh lebih erat, "Aku sepenuhnya milikmu, dan tidak akan ada yang bisa merebutku darimu.."

        Selena mendongakkan kepalanya, menatap wajah Ibi yang sedang tersenyum lembut ke arahnya. "Apa kata-katamu bisa kupegang?"

        "Tak perlu kau pegang, nanti bisa terlepas, cukup kau simpan dalam hati, dan tidak akan ada yang bisa mencurinya..karena hatiku sepenuhnya milikmu Selena.." Ibi mengecup puncak kepala Selena, mencium aroma rambut gadis itu.

       Selena mengeratkan pelukannya di pinggang Ibi, menyandarkan kepalanya ke dada bidang laki-laki berdarah Belanda-Maroko yang sudah membuatnya jatuh hati. "Aku mencintaimu Ibi..."

      "Aku juga mencintaimu Sayang, jadilah milikku untuk selamnya.."


The End ^^
A/n Lagi:  Huaahh...ff ini bener-bener gaje maksimal dan feel-nya kurang banget. Tapi semoga kalian suka dan jangan lupa komentarnya -,- Jujur saja ya, aku ngebuat ff ini sambil cemburu banget lah, kan Ibrahim Afellay suamiku *gebuk* -_- oke, Thanks for reading ya :* ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan dibiasakan jadi pengunjung gelap. Berikan komentar Anda, itu sangat penting bagi kelangsungan postingan saya. *jiaahh*