Tittle: As Sweet As Ice Cream.
Author: Ji Ri Kwon.
|| Marrige life, family, romance, fluff || General || One shoot || Kwon Jiyong.
Sandara Park.
Kwon Yun Hwan (OC) ||
***
Es krim, makanan yang masuk dalam kategori makanan penutup, yang memiliki cita rasa manis, dan rasa lembut ketika bersentuhan dengan lidah. Makanan yang tersaji dalam berbagai macam rasa ini, mampu membuat setiap penikmatnya terbuai akan kelezatannya dan sensasi lain, yang membuat penikmatnya seakan melayang-layang ke angkasa yang dipenuhi kebahagiaan. Berlebihan? Tidak. Karena ini adalah fakta, bukan sebuah opini lagi.
Setiap orang pasti menyukai es krim, termasuk anak kecil sekalipun. Bahkan anak kecil, akan menempati urutan pertama yang menjadi penggila es krim, termasuk anak laki-laki berusia 8 tahun, yang bermarga Kwon. Dia bernama Kwon Yun Hwan, anak laki-laki yang terlahir dari pasangan sehidup semati, Kwon Jiyong dan Sandara Kwon. Jika kalian bertanya apa kesukaannya, dengan antusias Yun Hwan akan menjawab, 'es krim'. Lalu, jika kalian bertanya es krim rasa apa yang paling dia sukai, maka Yun Hwan akan menjawab, 'semuanya'.
Yun Hwan sangat menyukai es krim. Setiap hari dia akan menikmati es krim dalam berbagai rasa. Mulai dari rasa cokelat, vanilla, sampai es krim rasa mint, semua sudah pernah dia coba. Kecintaannya pada es krim, mengalahkan segalanya. Termasuk mengalahkan kebencian Appa-nya terhadap apapun yang berhubungan dengan es krim.
Jiyong selalu mengomel panjang lebar saat mengetahui anak laki-laki satu-satunya sedang menikmati es krim, sampai membuat baju atau seragam sekolahnya kotor. Bukan tanpa alasan Jiyong membenci es krim, dulu saat dia masih seusia Yun Hwan, Jiyong pernah terjatuh hingga masuk ke dalam parit di depan rumahnya, akibat ditabrak gerobak penjual es krim. Kejadian itu masih terekam jelas dalam memori otak Jiyong, bahkan sampai sekarang Jiyong masih ingat nama penjual es krim yang menabraknya, yang saat ini sudah meninggal.
Jiyong memang membenci es krim, tapi sekuat apapun dia melarang Yun Hwan untuk tidak menikmati es krim, tetap saja tidak berhasil. Pernah suatu hari, Jiyong tidak kosentrasi dalam bekerja, karena memikirkan sebuah cara untuk membuat Yun Hwan berhenti menggilai es krim. Tetapi usahanya selalu gagal. Keadaan semakin diperparah dengan Dara yang suka belajar membuat es krim sendiri, agar baik untuk kesehatan Yun Hwan dan Dara tidak akan khawatir lagi dengan bahan apa saja yang menjadi komposisi es krim yang dinikmati putranya itu.
Seperti hari ini, Dara membuat es krim rasa cokelat yang lumayan banyak untuk persediaan dua hari ke depan. Dara sudah menyiapkan es krim ke dalam wadah yang lucu untuk menarik perhatian Yun Hwan, sebelum dia pergi ke supermarket. Tetapi, sepertinya Yun Hwan gagal menikmati es krim buatan Eomma-nya hari ini.
"Appa..kenapa kau menjatuhkan es krim-ku?" Yun Hwan mendongakkan kepalanya, menatap Appa-nya yang bertubuh lebih tinggi darinya.
"Mianhae Yun Hwan, Appa tidak sengaja menyenggol lenganmu sampai membuat es krim-mu jatuh berantakan." Jiyong merendahkan tubuhnya, agar sejajar dengan Yun Hwan. Dia menatap lekat setiap lekuk wajah Yun Hwan yang lebih mirip Dara, dibandingkan dengan dirinya.
"Tapi Appa selalu ingin membuatku berhenti menyukai es krim. Apa ini salah satu usaha Appa?" Yun Hwan menatap Jiyong dengan serius, tetapi tetap dengan wajah polosnya.
Jiyong mengelus lembut puncak kepala Yun Hwan, "Apa aku terlihat sangat mencurigakan, hemm?"
Yun Hwan menggeleng, "Aniya, tetapi Appa sangat membenci es krim, dan tidak suka melihatku makan es krim."
Jiyong membelai lembut wajah anaknya, menghapus air mata Yun Hwan yang mulai berhenti menetes. Yun Hwan memang menangis, tetapi dia tidak menangis histeris. Karena dia takut membuat Jiyong marah.
"Ayo, Appa akan ambilkan es krim yang masih tersisa di lemari pendingin. Tadi Appa lihat, Eomma membuat es krim yang lumayan banyak." Jiyong berdiri dan hendak melangkah mendekati lemari pendingin yang terletak di sisi kanan dapur, tetapi Yun Hwan menghentikan langkahnya.
Yun Hwan menatap Appa-nya sesaat, kemudian dia menundukkan kepala dan memainkan jari-jarinya. Dengan suara yang terdengar gemetar, Yun Hwan berkata, "Appa, es krim-nya sudah habis."
"Mwo?! Kau menghabiskan es krim begitu banyak, dalam waktu kurang dari satu jam, hahh?!" Jiyong menatap dengan tajam ke arah Yun Hwan yang masih menunduk.
Yun Hwan sangat ketakutan saat Jiyong membentaknya. Dia mencoba menahan tangisnya, agar tidak kembali pecah. Yun Hwan takut, jika dia menangis lagi, Jiyong akan semakin murka.
Jiyong berusaha menahan emosinya yang mulai membuncah. Dia memang mudah marah, jika berhubungan dengan Yun Hwan. Itu dikarenakan Jiyong sangat protectiv terhadap Yun Hwan, terutama masalah kesehatannya. "Yun Hwan, cepat pergi ke kamar, dan kerjakan semua tugas sekolahmu!"
"Baik Appa." Yun Hwan meninggalkan Jiyong, yang masih tetap berdiri di dapur. Saat Yun Hwan baru menginjak anak tangga pertama, dia berhenti dan kembali menatap Jiyong. Yun Hwan merasa bersalah karena telah membuat Jiyong marah.
Dengan lap yang baru saja dia ambil, Jiyong berjongkok dan mulai membersihkan es krim yang sudah mencair di lantai. Jiyong memang sering menumpahkan es krim Yun Hwan dengan sengaja, karena itu salah satu triknya agar Yun Hwan berhenti menyukai es krim, tapi untuk yang kali ini, Jiyong memang tidak sengaja menumpahkannya.
"Ji...apa yang terjadi?" Dara yang baru saja pulang dari supermarket, terkejut melihat Jiyong yang tengah membersihkan bekas es krim dengan wajah merah padam.
Jiyong tidak menjawab pertanyaan istrinya. Dia hanya menatap sekilas Dara yang juga ikut berjongkok melihat dirinya.
Dara hanya tersenyum, meski Jiyong tidak menggubris pertanyaannya. "Kau menumpahkan es krimnya lagi?" Tanya Dara dengan lembut.
Jiyong berdiri dan melempar lap-nya ke atas meja makan dengan kasar. "Aku tidak suka jika kau membuatkan es krim untuk Yun Hwan!" Ucap Jiyong, dengan nada yang sedikit kasar.
Dara mengikuti langkah Jiyong, yang berjalan ke arah ruang keluarga. "Wae Ji? Aku hanya ingin menyenangkan Yun Hwan, dan jika aku membuatkan es krim untuknya, kita tidak perlu khawatir, karena kita tahu bahan apa saja yang di pakai."
Jiyong menatap Dara yang duduk di sampingnya. Dia menatap dalam ke arah manik mata istrinya. Setiap kali Jiyong menatap Dara, jantungnya selalu berdetak tidak karuan, seperti orang yang baru merasakan jatuh cinta, padahal saat ini, usia pernikahannya sudah hampir 10 tahun.
"Aku tidak mau membahas masalah ini lagi!" Jiyong bangkit dari tempat duduknya, dan melangkah pergi meninggalkan Dara.
Dara hanya bisa mengembuskan napasnya, pasrah. Ini memang sering kali terjadi, Jiyong marah karena ulah Yun Hwan dan es krim. Dara dilema, karena harus hidup dengan dua laki-laki yang berbeda, yang satu penggila es krim, dan yang satunya sangat membenci es krim.
Lagi-lagi Dara mengembuskan napas dengan kasar, "Ji, aku tahu kau seperti ini karena kau sangat menyayangi Yun Hwan." Ucap Dara, yang membuat langkah Jiyong terhenti.
Jiyong menoleh, menatap sesaat ke arah Dara yang masih duduk di sofa di ruang keluarga. Lalu dia kembali melangkah menuju kamarnya yang juga menjadi kamar Dara, yang letaknya di lantai dua.
***
Kicauan burung gereja menghiasi suasana pagi yang cerah di kota Seoul. Langit biru cerah tanpa gumpalan awan sedikitpun, Matahari yang bersinar menambah suasana hangat untuk mengawali aktivitas di hari ini.
Sebuah rumah mewah bergaya minimalis, yang di tempati keluarga dari Kwon Jiyong, tak luput dari suasana hangat. Keluarga kecil itu, kini sedang menikmati sarapan dengan selembar roti yang dibalut selai cokelat, tak lupa segelas susu yang menjadi pelengkap.
Hanya hening, yang menghiasi suasana di meja makan. Tak ada satupun yang mau memulai pembicaraan, termasuk Yun Hwan, yang biasanya selalu membuat suasana ceria di sela-sela makan. Sedari tadi, Yun Hwan hanya menunduk sambil menikmati rotinya. Dia takut, jika dia memulai pembicaraan, Appa-nya akan kembali memarahinya.
"Yun Hwan, apa tugas sekolahmu sudah selesai semua?" Tanya Jiyong memecah keheningan. Yang hanya dijawab anggukan oleh Yun Hwan, tanpa menatap Jiyong.
Jiyong menatap Yun Hwan dengan serius, melihat putranya yang tidak seperti biasanya, yang hanya terdiam. "Yun Hwan, lihat Appa!" Jiyong menarik dagu Yun Hwan dan mendekatkan wajahnya, agar Yun Hwan mau menatapnya. "Appa mau, dalam satu bulan ini, kau tidak boleh mengonsumsi es krim, arra?"
"Wae Appa?" Rengek Yun Hwan, dengan menatap Jiyong yang tersenyum tulus untuknya.
"Karena Appa tidak mau kesehatanmu terganggu, itu saja." Jiyong tetap tersenyum menatap Yun Hwan, sembari memberi pengertian.
Yun Hwan menepis tangan Jiyong dengan kasar. "Appa nappeun! Aku tidak mau pergi ke sekolah, jika Appa tetap melarangku untuk makan es krim!" Yun Hwan berlari meninggalkan meja makan sembari menangis histeris.
Jiyong hanya menatap datar, melihat Yun Hwan berlari menuju kamarnya. "Itu semua demi kebaikanmu.." Lirih Jiyong.
"Kau puas melihat Yun Hwan seperti itu, hemm?!" Tanya Dara, dengan menatap tajam ke arah Jiyong, suaminya.
"Aku melakukan ini, demi kebaikannya babe.." Jiyong berdiri dari kursinya, lalu mengenakan jas hitamnya untuk pergi bekerja, "Aku berangkat dulu babe..pastikan Yun Hwan berangkat sekolah hari ini." Pamit Jiyong, sembari mengecup puncak kepala istrinya dengan mesra.
Dara menatap sebal kepergian suaminya. "Selalu saja begitu! Huftt..."
Dara berjalan menaiki anak tangga, menuju kamar Yun Hwan. Dia ingin memastikan keadaan Yun Hwan saat ini, tetapi Dara tidak yakin jika Yun Hwan mau berangkat ke sekolah.
"Yun Hwan, apa kau baik-baik saja?" Tanya Dara, saat dia baru memasuki kamar Yun Hwan yang didominasi warna biru muda.
Dara mendekati Yun Hwan yang terbaring di tempat tidurnya yang bergambar super hero favoritnya. "Uljima...Appa melakukannya karena dia menyayangimu.." Dara mengelus lembut rambut hitam Yun Hwan, yang masih menangis hingga bahunya tersengal, mengiringi setiap isakannya.
Yun Hwan menggeleng cepat, "Appa nappeun!"
Dara terkejut mendengar ucapan Yun Hwan, matanya membulat sempurna. Tapi buru-buru Dara memeluk Yun Hwan, memberi ketenangan dan kehangatan. "Appa tidak jahat, Sayang..dia baik, sangat baik." Dara mengelus lembut rambut Yun Hwan. "Kalau Appa jahat, pasti dia sudah mengusir kita dari rumah ini..." Tambah Dara.
Yun Hwan mulai berhenti menangis, kemudian dia membalikkan tubuhnya, menatap Eomma-nya. "Appa nappeun! Aku sangat marah pada Appa!" Sungut Yun Hwan, sembari memeluk tubuh Dara dengan erat.
Dara membalas pelukan Yun Hwan, "Baiklah, nanti Eomma akan meminta Appa untuk meminta maaf padamu.." Ucap Dara dengan lembut.
Yun Hwan terdiam, tidak lagi terdengar isakannya. "Yun Hwan, neo gwaenchana?" Tanya Dara, yang begitu khawatir melihat Yun Hwan meremas perutnya dengan kuat.
"Eomma..perutku sakit.."
***
Jiyong berjalan dengan gelisah menuju ruangannya. Perasaannya tidak enak, sampai membuat penampilannya berantakan. Jas yang disampirkan di bahu, dan lengan kemeja yang di lipat hingga batas siku. Saat ini pikirannya selalu dipenuhi tentang Yun Hwan.
"Kau kenapa, Ji? Yun Hwan lagi?" Tanya Seung Hyun, rekan kerja Jiyong yang sudah di anggapnya sebagai Hyung-nya sendiri.
"Lebih tepatnya, Yun Hwan dan es krim lagi..hihihihi." Ucap Seungri, sembari mengikik. Yang langsung mendapatkan tatapan tajam nan maut dari Jiyong.
"Aku khawatir kepada Yun Hwan, aku takut terjadi apa-apa dengannya, karena kemarin dia menghabiskan es krim begitu banyak.." Ucap Jiyong.
"Benar apa kataku, pasti masalah Yun Hwan dan es krim lagi.." Sebelum Jiyong memberikan tatapan tajamnya lagi, Seungri langsung mengambil langkah cepat meninggalkan para Hyung-nya itu.
"Dasar Panda pabo!" Umpat Jiyong.
"Tenanglah, pasti Yun Hwan baik-baik saja. Tadi Bom bilang, kalau Dara tidak pergi ke butik karena harus menjaga Yun Hwan." Ucap Seung Hyun, sambil menepuk bahu Jiyong.
"Appa.." Seorang anak perempuan yang masih mengenakan seragam sekolah, berlari mendekati Seung Hyun.
"Hanna, kau sudah pulang..bagaimana sekolahmu hari ini?" Tanya Seung Hyun, sembari menggendong tubuh mungil anak perempuannya.
Seung Hyun memiliki dua orang anak, dari pernikahannya bersama Park Bom- saat ini sudah menjadi Nyonya Choi. Anak pertama Seung Hyun berusia 11 tahun, yang bernama Choi Min Hyun. Sedang anak keduanya bernama Choi Min Hanna, yang seusia dengan Yun Hwan, bahkan satu kelas.
"Tidak seperti biasanya Appa..karena Yun Hwan hari ini tidak masuk.." Jawab Hanna, sembari memajukan bibirnya.
"Mwo?! Yun Hwan tidak masuk sekolah?!" Tanya Jiyong dengan nada tinggi, yang membuat tubuh Hanna gemetar di gendongan Appa-nya.
Hanna hanya mengangguk ketakutan.
"Ne Ji, tadi Dara bilang kalau Yun Hwan sedang demam dan diare..jadi dia izin tidak masuk sekolah hari ini.." Ucap Bom, yang baru datang dan mendekat ke arah Hanna dan suaminya.
"Hyung, aku harus segera pulang! Aku sangat khawatir dengan keadaan Yun Hwan." Pamit Jiyong, dan dia langsung melesat pergi menuju tempat parkir.
Tak sampai 30 menit, Jiyong sudah sampai di rumahnya. Padahal jarak kantor dan rumah Jiyong, cukuplah jauh. Jiyong tak peduli dengan keselamatan dirinya, saat dia mengendarai mobilnya seperti orang kesetanan. Yang terpenting baginya adalah, cepat sampai di rumah dan bertemu dengan Yun Hwan.
"Babe, bagaimana kondisi Yun Hwan?" Tanya Jiyong, dari nada suaranya tersirat penuh kekhawatiran.
Dara yang baru keluar dari kamar Yun Hwan, hanya bisa menggelengkan kepalanya, saat melihat penampilan suaminya yang berantakan, "Kau pulang cepat hanya untuk menanyakan hal ini, hemm?"
"Babe...aku khawatir dengan keadaan Yun Hwan. Kau juga, kenapa tidak menghubungiku jika Yun Hwan sakit?" Sungut Jiyong, sembari menjitak kening Dara.
"Appo.." Dara mengaduh kesakitan, sambil mengusap-usap keningnya.
"Mian babe, sakit ya?" Jiyong memeluk tubuh mungil Dara, sembari ikut mengusap kening Dara, bekas jitakannya.
Dara memajukan bibirnya, "Kau bau sekali, Ji..cepat mandi! Aku tidak akan mengizinkanmu bertemu dengan Yun Hwan dengan keadaan seperti ini." Dara mendorong suaminya menuju kamar mereka.
"Babe, aku ingin melihat keadaan Yun Hwan dulu.." Rengek Jiyong.
"Bersihkan dirimu dulu, Ji. Kau membawa banyak kuman.."
"Arasso.." Jiyong pun akhirnya menuruti apa kata Dara, dengan terpaksa.
Setelah selesai mandi, Jiyong mengerjakan beberapa pekerjaan kantor. Tak seperti biasanya, Jiyong mengerjakannya di kamar, bukannya di ruang kerja pribadinya.
"Apa Yun Hwan sudah tidur?" Tanya Jiyong, saat Dara baru masuk ke kamar.
"Ne, baru saja dia tidur." Dara mendekati Jiyong, dan duduk di sampingnya. "Ji..apa aku boleh meminta sesuatu padamu?"
Jiyong yang sedari tadi sibuk dengan pekerjaan kantornya, kini beralih menatap istrinya yang sudah mengenakan piyama tidur. "Apapun babe..."
Dara tersenyum lebar mendengar jawaban dari Jiyong. "Aku ingin kau meminta maaf pada Yun Hwan.."
"Mwo?" Jiyong mengerutkan keningnya, tak mengerti maksud dari ucapan Dara.
"Ne, aku ingin kau meminta maaf pada Yun Hwan. Karena saat ini dia masih marah padamu." Jelas Dara.
Jiyong terdiam.
Apa sebegitu pentingnya sebuah es krim bagi Yun Hwan. Sampai kekhawatiran Jiyong akan kesehatannya diabaikan.
"Ji.." Dara melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Jiyong, yang membuat Jiyong tersadar dari lamunannya. "Kau keberatan?"
Jiyong menggeleng, "Aniya, tapi..apa aku harus meminta maaf kepadanya sekarang?"
Dara mengangguk, "Temani dia tidur, Ji."
"Lalu, aku harus membiarkanmu tidur sendirian, begitu?" Ucap Jiyong, sembari menyentuh dengan lembut kedua pipi Dara, dengan tangannya.
"Itu tidak masalah, Ji." Tegas Dara, meyakinkan Jiyong.
Perlahan, Jiyong mendekatkan wajahnya dengan wajah Dara, mengikis jarak di antara mereka. Jiyong semakin mendekat, menyentuh hidung Dara dengan hidungnya. "Saranghae, babe.." Bisik Jiyong, tepat di depan wajah Dara.
"Nado saranghae, Ji." Dara memejamkan kedua matanya, merasakan hembusan napas Jiyong yang menyapu setiap bagian wajahnya.
"Tidurlah yang nyeyak babe.." Ucap Jiyong, sembari mengecup kening istrinya. Lalu dia merebahkan tubuh Dara, dan kemudian menyelimutinya hingga bagian dada.
Setelah mematikan lampu kamar, Jiyong langsung melangkah menuju kamar Yun Hwan yang terletak di samping kamarnya. Jiyong membuka pintu kamar Yun Hwan dengan perlahan, agar sang empunya kamar tidak terbangun dari tidurnya.
Jiyong menatap dengan lekat wajah Yun Hwan yang tengah tertidur. Dia membaringkan tubuhnya di samping Yun Hwan. Jiyong memeluk tubuh Yun Hwan sembari mengelus lembut kepalanya.
"Appa.." Terdengar suara parau Yun Hwan, yang perlahan matanya mulai terbuka.
"Yun Hwan, kau terbangun?" Tanya Jiyong, yang dijawab anggukan lemah oleh Yun Hwan. "Mian, Appa membangunkanmu.."
Yun Hwan mengucek kedua matanya dengan lemah. "Appa, aku masih marah pada Appa." Ucap Yun Hwan dengan polos.
Jiyong tersenyum mendengar ucapan anaknya itu. "Appa tahu, maka dari itu, Appa ke sini untuk meminta maaf padamu. Apa kau mau memaafkan Appa?"
Yun Hwan berpikir sejenak, lalu menggeleng dengan cepat.
"Wae?" Rengek Jiyong saat mendapati renspon dari Yun Hwan.
"Karena Appa melarangku mengonsumsi es krim lagi." Yun Hwan memajukan bibirnya, sehingga terlihat sangat lucu dan menggemaskan.
Jiyong harus setengah mati menahan tawanya saat melihat wajah lucu Yun Hwan. "Itu demi kebaikanmu, kau sakit karena terlalu banyak mengonsumsi es krim 'kan?"
"Aniya Appa, aku sakit karena kemarin aku terlalu banyak memakan Topokki super pedas buatan Halmoni, uppss..." Yun Hwan buru-buru menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya. Bahkan Yun Hwan membalik tubuhnya membelakangi Jiyong.
"Yun Hwan, lihat Appa!" Seru Jiyong sembari membalik tubuh Yun Hwan dengan perlahan. "Appa senang jika kau mau bicara dengan jujur.."
Yun Hwan hanya bergeming ketakutan menatap Appa-nya. Perlahan, butir-butir bening meluncur dari pelupuk mata Yun Hwan dengan deras.
"Uljima..Appa tidak akan memarahimu." Jiyong merengkuh tubuh Yun Hwan ke dalam pelukannya. Membisikkan kata-kata untuk menenangkan Yun Hwan dan menepuk-nepuk punggungnya dengan lembut.
Dengan mata yang masih basah, Yun Hwan mendongakkan kepalanya, menatap Jiyong. "Mianhae Appa, aku selalu membuatmu marah."
"Husshh...kau selalu membuat Appa bangga.." Ucap Jiyong sembari mengecup pucuk kepala Yun Hwan. "Sekarang, tidurlah.."
Bukannya mematuhi perintah Jiyong untuk tidur, Yun Hwan justru kembali menatapnya. "Appa, apa aku boleh meminta sesuatu padamu?"
"Tentu saja."
"Aku ingin makan es krim di temani Appa.." Ucap Yun Hwan dengan tatapan memohon.
Jiyong terdiam sejenak, berusaha menimbang permintaan Yun Hwan yang membuat rahangnya menegang. "Baiklah, tapi dengan syarat.." Jiyong terdiam sejenak, dan melihat Yun Hwan yang sedang menatapnya dengan tatapan apa-syaratnya-Appa?. "Jangan pernah memaksa Appa untuk memakan es krim-nya, bagaimana?" Lanjut Jiyong kemudian.
Yun Hwan langsung mengangguk dengan antusias, saat mendengar jawaban dari Jiyong.
"Sekarang, cepatlah tidur." Seru Jiyong, sembari menarik selimut untuk menutupi dirinya dan Yun Hwan.
***
Berkali-kali Jiyong mengentak-entakkan kakinya, karena merasa sangat bosan. Sesekali Jiyong bersenandung dengan suara lirih yang hampir tidak terdengar. Tubuhnya dia sandarkan pada mobil Bentley Continental GT miliknya.
Sudah hampir 30 menit Jiyong menunggu Yun Hwan di depan sekolahnya. Seharusnya Yun Hwan sudah keluar dari kelasnya. Tapi entah karena alasan apa, sampai sekarang Yun Hwan belum juga menampakkan batang hidungnya.
Setelah menunggu sampai hampir habis kesabarannya, akhirnya Yun Hwan menampakkan diri sembari berlari kecil menghampiri Jiyong.
"Appa.." Seru Yun Hwan saat sudah berdiri di hadapan Jiyong, dengan napas yang memburu.
"Hei, kenapa kau lari? Appa tidak akan kabur.." Ucap Jiyong sambil mengacak pelan rambut Yun Hwan.
"Appa, tadi Lee Songsaengnim menunjukkan kupu-kupu yang sangat...cantik. Secantik Eomma." Yun Hwan merentangkan kedua tangannya ke udara dengan mata yang berbinar-binar.
"Benarkah? Apa lain kali kau bisa membawakan kupu-kupu itu untuk Appa?"
Yun Hwan terdiam sejenak, sembari menundukkan kepala dan meletakkan jari telunjukknya di atas dagunya. "Sepertinya..itu sangat sulit Appa. Tapi aku akan mencobanya."
Jiyong hanya bisa mengikik pelan mendengar jawaban Yun Hwan.
"Baiklah, ayo cepat masuk! Eomma pasti sudah menunggu." Jiyong membimbing Yun Hwan untuk segera masuk ke dalam mobil, dan lansung pergi menuju butik tempat Dara bekerja.
Hanya butuh waktu 20 menit untuk Jiyong dan Yun Hwan sampai di butik yang di kelola oleh Dara dan teman-temannya. Sesampainya di sana, Jiyong dan Yun Hwan tak perlu turun dari mobil, karena Dara sudah menunggu di luar butik.
"Kalian lama sekali.." Ucap Dara sembari menegerucutkan bibirnya, yang membuat Jiyong dan Yun Hwan tertawa keras.
"Mianhae Eomma, tadi aku masih asik melihat kupu-kupu secantik Eomma, yang di bawa Lee Songsaengnim." Ucap Yun Hwan di sela-sela tawanya.
"Benarkah?" Dara mengeryitkan keningnya, sembari menoleh menatap Yun Hwan yang duduk di jok belakang.
"Ne, bahkan Appa memintaku untuk membawakan kupu-kupu itu.." Jelas Yun Hwan.
"Pasti Appa-mu akan membunuh kupu-kupunya.." Dara menatap Jiyong yang tengah mengemudikan mobil dengan tatapan mengejek.
Jiyong hanya membalas ucapan Dara dengan tatapan tajam yang memabukkan.
"Kita sudah sampai.." Seru Jiyong, ketika mobil yang dikemudikannya berhenti tepat di depan sebuah kafe sederhana namun ramai oleh pengunjung.
"Sepertinya aku belum pernah ke sini Appa.." Ucap Yun Hwan, yang sedang menempelkan wajahnya di kaca mobil. Melihat kafe yang belum pernah dia lihat sebelumnya.
"Memang belum pernah, kajja!" Jiyong turun dari mobil yang diikuti Dara dan Yun Hwan.
Jiyong berjalan menuju pintu masuk kafe, sembari menggandeng tangan Yun Hwan dan merangkul bahu Dara.
"Ayo kita duduk di sana.." Seru Jiyong dengan jari telunjuk mengarah pada tempat duduk di salah satu pojok kafe.
"Jeogiyo.." Panggil Jiyong kepada salah satu pelayan kafe yang terlihat masih muda.
"Selamat datang di Ji Ri Ice Cream Land. Anda mau pesan apa, Tuan?" Ucap pelayan itu dengan ramah, tak lupa senyum yang terukir di bibir tipisnya.
"Saya mau pesan dua es krim yang menjadi menu andalan di sini." Balas Jiyong tak kalah ramahnya.
"Baik Tuan.." Pelayan itu pergi sambil membawa buku catatan kecil yang sudah tertulis pesanan yang di inginkan Jiyong.
Sembari menunggu pesanannya datang, Jiyong melihat kesekeliling kafe yang dipadati pengujung. Mulai dari anak-anak, remaja, bahkan sampai orang dewasa.
"Appa..apa aku boleh datang ke kedai ini lagi, nanti?" Tanya Yun Hwan, yang mengalihkan kegiatan Jiyong sedari tadi.
"Ne." Jawab Jiyong singkat. Pandangan Jiyong beralih melihat Dara yang tengah menatapnya dengan aneh. "Mwo? Kenapa kau memandangku seperti itu?"
Dara menggeleng cepat, "Aniya, aku hanya heran melihat perubahan wajahmu.." Dara berhenti sejenak, melihat Jiyong yang tengah menyipitkan matanya, menuntut penjelasan dari Dara. "Tadi kau terlihat bahagia, tapi sekarang, kau terlihat aneh. Apa kau sedang mengingat masa kecilmu dulu, hemm?"
Jiyong semakin menyipitkan matanya, menatap tajam tepat ke dalam mata Dara. "Nyonya Kwon, hati-hati dengan omonganmu. Atau kau, akan mendapatkan balasannya nanti malam.." Ancam Jiyong dengan seringaian yang tersungging di bibirnya.
"Memangnya, Appa dan Eomma nanti malam akan melakukan apa?" Tanya Yun Hwan dengan wajah polos, sembari menatap Jiyong dan Dara secara bergantian.
Mata Dara membulat sempurna mendengar pertanyaan dari bibir Yun Hwan. Bahkan Dara sampai gelagapan untuk menjawab pertanyaannya. "A..itu.."
"Appa dan Eomma akan membuatkan adik untukmu.." Jawab Jiyong dengan enteng, seperti tanpa dosa.
Dara hanya melemparkan tatapan tajam pada Jiyong, yang tidak di gubris olehnya.
"Adik? Sepertinya bukanlah ide yang buruk." Yun Hwan menatap kedua orang tuanya yang berbeda ekspresi itu, lalu berkata, "Aku akan mengajak Dongsaeng-ku makan es krim di kafe ini jika dia sudah lahir nanti."
Baru saja Dara akan membuka mulut untuk menanggapi ucapan Yun Hwan, tetapi di urungkannya, saat melihat pelayan yang mencatat pesanannya tadi datang kembali, sembari membawa 2 buah es krim di atas nampan.
"Ini Tuan, es krim yang menjadi menu andalan kami di sini. Ini adalah Patbingsu, dan yang satunya ini adalah es krim Halva. Selamat menikmati.." Jelas pelayan yang di dalam name tag-nya bertuliskan 'Lee Wu Fan', dengan senyum ramahnya.
"Ne, kamsa hamnida." Jiyong hanya tersenyum hambar kepada pelayan tadi.
"Appa..es krimnya enak sekali, nyamm.." Seru Yun Hwan di sela-sela kesenangannya menikmati es krim Halva super jumbo.
Jiyong membuang napasnya dengan kasar. Jenuh, malas, mual, semua menjadi satu ketika Jiyong menatap kedua harta paling berharga dalam hidupnya, yang tengah menikmati es krim dan tidak mengacuhkannya.
"Ji, es krimnya enak sekali. Kau mau mencobanya?" Dara menyodorkan sesendok es krim Patbingsu ke arah mulut Jiyong.
Jiyong mendorong pelan tangan kanan Dara, "Jangan membuatku semakin ingin menerkammu babe.."
"Ayolah Ji, sesuap saja.." Bukannya menyerah, Dara justru semakin mendesak Jiyong untuk merasakan es krim yang dinikmatinya.
"Ne Appa, es krim-nya sangat..enak. Appa mau mencoba punyaku juga, eoh?" Yun Hwan juga ikut menyodorkan es krim Halva miliknya.
Jiyong menatap es krim yang di sodorkan Yun Hwan dan Dara secara bergatian, dengan ekspresi wajah yang terlihat mengerikan.
Jiyong mengambil napas berat, kedua matanya mengarah secara bergantian menatap kedua es krim berbeda rasa itu.
Dengan susah payah Jiyong menelan ludah yang sedari tadi menyangkut di kerongkongannya. Sedetik kemudian, Jiyong memejamkan kedua matanya, lalu mengarahkan mulutnya mendekat ke arah es krim yang disodorkan Dara.
1..
2..
3..
"Manis." Hanya itu pendapat Jiyong. Ketika ujung lidahnya merasakan lelehan es krim Patbingsu.
Tubuh Dara dan Yun Hwan, seketika beringsut lemas. "Hanya itu? Apa tidak ada kata-kata lain?" Tanya Dara dengan frustasi menatap wajah datar Jiyong.
Jiyong mengangguk, "Hanya itu."
"Apakah Appa tidak berubah pikiran?" Yun Hwan masih tidak terima dengan pendapat Jiyong. "Maksudku, apakah Appa mulai menyukai es krim?"
Jiyong melipat kedua tangannya, lalu menatap Yun Hwan dengan menaik turunkan alis matanya. "Tidak. Appa tetap tidak menyukai es krim."
Secara bersamaan, Yun Hwan dan Dara menghela napas dengan kasar. "Pabo!"
Jiyong menarik kedua sudut bibirnya, membentuk sebuah senyuman yang membuat siapa saja terpesona dengan wajah tampannya.
"Aku memang tetap tidak menyukai es krim." Jiyong berhenti sejenak, menatap Yun Hwan dan Dara yang sedang menunggu kelanjutan perkataannya. "Tetapi aku tahu, jika es krim itu memiliki rasa yang sangat manis. Semanis kehidupan keluarga kita.."
Yun Hwan dan Dara tersentak mendengar ucapan Jiyong. Bahkan kedua manusia yang memiliki wajah dan senyuman yang hampir sama itu, berbinar-binar menatap Jiyong.
"Apa aku bisa memesan satu buah es krim?"
THE END
Bagaimana ff-nya Chingu, kurang memuaskan ya? Kadar sweet-ya bagaimana? :D mudah-mudahan tidak membuat Chingu semua Diabetes #Lol. Mian kalau ff-nya masih banyak kekurangan. jangan lupa RCL-nya, bisa juga komen di @farikha9358
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan dibiasakan jadi pengunjung gelap. Berikan komentar Anda, itu sangat penting bagi kelangsungan postingan saya. *jiaahh*